Lalu-lintas yang kian padat di jalan raya menjadi masalah serius Indonesia saat ini. Pengertian ini bisa dibuktikan dengan membengkaknya kendaraan bermotor setiap tahun tidak di imbangi dengan ruas jalan yang cukup. Transportasi yang merupakan aspek penting dalam kehidupan belum terkelola dengan baik. Jakarta yang mengambil peran ibu kota menyiratkan pengelolaan transportasi massal yang berantakan, kemacetan dimana-mana. Kondisi semacam ini menjadi semakin pelik dengan keterbatasan cadangan minyak di masa depan. Situasi yang berkembang ini memunculkan ide para produsen mobil di dunia untuk mengembangkan konsep baru berupa kendaraan alternatif terbaru, teknologi mobil ramah lingkungan atau biasa disebut ECO Green. Ada beberapa jenis yang ditawarkan yaitu mobil hybrid dengan energi listrik serta mobil tenaga surya (sinar matahari). Toyota mencatatkan diri sebagai perusahaan otomotif pertama yang memunculkan mobil jenis hybrid dengan nama Toyota Prius yang dilempar ke pasaran Indonesia dengan harga berkisar Rp 400 jutaan per unit untuk seri paling murah yaitu Prius C.
Cara kerja kendaraan alternatif mobil ramah lingkungan dalam hal ini jenis hybrid Toyota Prius tak jauh beda dibandingkan mobil-mobil biasa (konvensional). Yang menjadi pembeda adalah sistem kerja pada sumber tenaga. Prius tetap memakai mesin bensin namun disandingkan dengan motor listrik. Hal ini menjadi keunikan tersendiri. Saat menyalakan mesin, yang bekerja pertama kali adalah motor listrik sedangkan mesin bensin pada kondisi off atau mati. Selanjutnya, pada saat masuk kecepatan 40km/jam mesin bensin mulai hidup dengan sendirinya (otomatis). Selain berfungsi untuk penggerak mobil, pada saat itu mesin bensin juga bertugas mencharge baterai (isi ulang) bilamana dibutuhkan. Pada kecepatan yang lebih tinggi di kisaran 60km/jam ke atas dengan otomatis motor listrik akan menyala lagi memberi energi tambahan mesin bensin, hingga saat kecepatan tinggi Toyota Prius tetap sanggup berjalan stabil. Teknologi ini mampu menekan gas buang menjadi sangat minim.
Kendaraan alternatif mobil ramah lingkungan yang kedua adalah menggunakan tenaga surya. Jenis mobil ini murni memanfaatkan tenaga matahari sebagai sumber utama listrik. Energi dari sinar matahari diambil melalui panel cell surya selanjutnya dikonversi sebagai penggerak motor listrik yang tugasnya memutar roda mobil. Supaya efektif menyuplai tenaga dengan stabil maka mobil ini harus diberi penyimpan energi yang pada umumnya memakai baterai. Diperlengkap dengan perangkat kontrol untuk mengatur kecepatan, mobil tenaga surya memungkinkan untuk diatur kecepatannya / di set sebelum berjalan. Pertanyaan selanjutnya adalah dengan memakai energi matahari sebagai tenaga satu-satunya, bagaimana pada saat kondisi hujan? Apakah mobil ini cuma efektif di musim kemarau saja? Menjadi pekerjaan rumah bagi para pengembang agar ditemukan solusi terbaik.